Strategi Front Persatuan Nasional (6): Pendekatan Terhadap Intelektual dan Veteran

Strategi Front Persatuan Nasional (6): Pendekatan Terhadap Intelektual dan Veteran [1]

 

cropped-monumen-icon.pngDi bawah kepemimpinan Aidit, PKI berusaha menguasai kaum intelektual dan veteran. Pada bulan November 1952 pemimpin PKI itu menggambarkan perbedaan antara kaum intelektual tua dan muda.

Kaum “intelektual tua” secara umum dikatakan “netral”, khususnya pada waktu revolusi 1945, dan intelektual muda yang aktif dalam revolusi. Akan tetapi upaya ini tidak berhasil karena intelektual muda tidak tertarik pada PKI.

Pembedaan dengan garis pemisah tua dan muda tidak berpengaruh pada mereka, akibatnya pemikiran pembedaan ini ditinggalkan. Pada tahun 1957 PKI meluncurkan pemikiran baru.

Dikatakan bahwa kaum intelektual dan pemuda pelajar bukanlah sesuatu kelas dalam masyarakat, jika dilihat dari asal-usul, kondisi kehidupan dan pandangan politik mereka.

Pemikiran baru inipun tidak mendapat perhatian dari pada intelektual, sebaliknya PKI masih tetap mencurigai kaum intelektual. PKI membagi dua kelompok intelektual.

  • Pertama, kaum intelektual yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kaum buruh (PKI). Mereka ini kemudian berjuang dengan tradisi revolusioner.
  • Kedua, kaum intelektual yang tingkah lakunya tidak revolusioner dan secara politis dan ideologis mewakili kepentingan ekonomi kaum borjuis.

PKI gagal menarik simpati karena dalam prakteknya PKI mencurigai mereka. Kelompok intelektual komunis yang mendapat pendidikan di Nederland (kelompok Nederland) disingkirkan sendiri oleh Aidit Mereka diberi posisi yang tidak strategis dalam PKI, seperti penasehat organisasi, anggota parlemen, atau jabatan lain dalam pemerintahan.

Pendekatan PKI terhadap veteran dilakukan sejak pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949. Para veteran ini mendirikan pelbagai organisasi veteran. Pada tanggal 30 Desember 1951, sebanyak 149 organisasi veteran yang ada di Indonesia meleburkan diri ke dalam satu organisasi veteran yaitu Persatuan Bekas Pejuang Seluruh Indonesia (Perbepsi).

Pada bulan Oktober 1954, Perbepsi telah mempunyai 194 cabang dan 205.740 orang anggota. Pada bulan Desember 1957 jumlah itu bertambah menjadi 300.000 orang anggota. Ketua Perbepsi yang pertama adalah Supardi. Pada tahun 1955 ia terpilih menjadi anggota parlemen sebagai wakil dari veteran. Pada waktu itu ia mengaku sebagai orang tidak berpartai.

Perbepsi dalam programnya mempunyai tiga tuntutan social dan ekonomi yaitu:

  1. Pemerintah harus mempunyai program terbaik untuk para veteran.
  2. Kebijaksanaan pemerintah dalam penyelesaian para veteran adalah membuat pembagian saham yang diambil dari proyek­proyek pembangunan dan tidak mempertinggi sewa tanah.
  3. Memberikan latihan-latihan untuk para veteran dan rehabilitasi serta pekerjaan untuk veteran yang cacat.

Nilai terbesar dari Perbepsi untuk PKI adalah dia merupakan organisasi para militer yang dapat memberikan bantuan pada PKI, jika sewaktu-waktu terjadi krisis politik.

Selama tahun 1953 dan 1954, Perbepsi dengan gigih mencoba meyakinkan pemerintah agar dibentuk milisi rakyat guna menghancurkan Darul Islam dan juga pasukan pengaman pemilu.

Tentu saja anggota-anggotanya diambil dari para veteran anggota Perbepsi. Usul ini ditolak oleh pemerintah, sebab bagaimanapun pemerintah telah menduga Perbepsi adalah organisasi massa yang terpengaruh PKI.

Pada bulan Juli 1957, CC PKI, setelah mendengar laporan pekerjaan partai terhadap kaum.veteran, menyatakan bahwa veteran tidak dapat digunakan sebagai sarana imbangan kekuatan bila situasi politik tidak menguntungkan PKI.

—DTS—

[1]     Sumber : Buku “Komunisme di Indonesia Jilid III: Konsolidasi dan Infiltrasi PKI Tahun 1950-1959, Jakarta: Pusjarah TNI, 1999

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.