Pembersihan Sisa-Sisa Pemberontak PKI Madiun di Jawa Tengah (1): Pembersihan di Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya [1]
Setelah kota Madiun dan daerah-daerah yang diduduki oleh pasukan PKI dapat direbut kembali, maka sisa-sisa kekuatan gerombolan PKI banyak yang menyingkir dari daerah-daerah operasi. Dengan adanya kenyataan ini, pemerintah tetap melanjutkan gerakan penumpasan dengan gerakan pengejaran dan pembersihan terhadap sisa-sisa pasukan PKI serta penangkapan terhadap para pemimpinnya di daerah-daerah di luar pusat pemberontakan yang sekaligus untuk mencegah mereka ke luar dari daerah RI.
Seperti juga yang terjadi di Solo sejak sesudah Agresi Militer I Belanda pada tahun 1947, PKI telah membentuk kekuatannya di selatan kota Yogyakarta. Kegiatan tersebut dilakukan atas perintah. Amir Sjarifuddin pada waktu ia menjabat Menteri Pertahanan. Dalam rencana Amir, apabila kota Yogya diserbu oleh Belanda, maka TNI Masyarakat akan diungsikan ke Yogya Selatan, dengan demikian laskar-laskar PKI akan berkembang secara pesat di daerah itu. Rencana itu tidak pernah terlaksana.
Setelah terjadi pemberontakan PKI di Madiun, TNI di Yogyakarta bertindak cepat. Pada pukul 00.01 tanggal 19 September 1948 TNI berhasil melucuti Brigade Martono sebelum mereka beraksi. Yogya Timur yang merupakan pusat kekuatan PKI terutama di kecamatan Semin (Kabupaten Gunung Kidul) dijadikan tempat persembunyian para pemberontak yang menyingkir dari Wonogiri. Hanya beberapa hari mereka bersembunyi karena berhasil ditangkap oleh TNI dan Polri.[2] Pada tanggal 23 September 1948 pasukan-pasukan TNI mengadakan pemeriksaan dari rumah ke rumah di dalam kota Yogya, untuk mencari tokoh-tokoh PKI yang bersembunyi.
Di samping itu pemeriksaan juga dimaksudkan guna mengetahui keadaan bahan pangan yang diperlukan dan mencegah terjadinya penimbunan bahan pangan secara gelap, karena sering dilakukan oleh sekelompok pedagang yang mencari kesempatan dalam suasana keruh.[3]
Dalam pemeriksaan dari rumah ke rumah di beberapa kampung, TNI dan Polri berhasil menyita sejumlah senjata api, termasuk senjata otomatis dan bahan peledak (mesiu). Dari dokumendokumen PKI yang ditemukan, memberikan petunjuk mengenai persiapan pemberontakan.[4] Berdasarkan penemuan dokumen-dokumen tersebut serta adanya kerjasama yang baik antara TNI, Polri dan Rakyat, maka pembersihan yang dilakukan terhadap sisa-sisa PKI di Yogyakarta berhasil dengan memuaskan. Tokoh-tokoh PKl dan partai-partai beraliran komunis yang berhasil ditangkap yaitu :
– Ir. Sakirman, bekas Jenderal Mayor, Pemimpin Laskar Rakyat,
– Tan Ling Djie, anggota Sekretariat Jenderal PKl,
– Ngadiman, anggota Politbiro CCPKI,
– Ny. Utami Suryadarma,
– Gayus Siagian, Pemimpin Redaksi Patriot,
– Islan, Pemimpin Redaksi Harian Buruh,
– Krissubanu, dari Pesindo yang anggota BPKNIP
– D. Susanto, Pemimpin Harian Buruh,
– Katamhadi, bekas Jenderal Mayor TLRI ditangkap dalam perjalanan dari Solo ke Yogyakarta.
Selanjutnya media massa PKI antara lain, Patriot, Buruh, Revolusioner, dan Bintang Merah, dilarang terbit.[5]
Ketika operasi pembersihan terhadap sisa-sisa PKI di Yogya ini berlangsungnya hubungan dari Yogyakarta ke daerah-daerah lain ditutup. Pada tanggal 9 Oktober 1948 hubungan kereta api dari Yogyakarta ke daerah lain, seperti: Yogya-Solo-Madiun, Yogya Magelang dan Yogya-Kutoarjo dibuka kembali. Pembersihan juga dilakukan pada Dewan Balai Kota Yogya. Dewan ini, setingkat dengan DPRD, mengambil keputusan untuk memecat anggota-anggota Dewan yang berhaluan komunis atau ekstrim sosialis.[6] Sekalipun alat negara berhasil melumpuhkan kekuatan PKI di Ibukota, namun PKI masih berusaha untuk mengganggu Yogyakarta. Sebagian dari gerombolan pemberontak yang berasal dari TLRI Brigade Sujoto merembes ke barat, lewat Boyolali-Wonosegoro dan telah sampai di Kaliurang (Yogya Utara). Mereka berusaha mengadakan serangan ke kota Yogyakarta.[7] Namun mereka berhasil dicegat oleh Brigade Soeharto di desa Cangkring. Mereka menyerah.
***
[1]Sumber : Buku “Komunisme di Indonesia Jilid II: Penumpasan Pemberontakan PKI 1948, Jakarta: Pusjarah TNI, 1999
[2]DR. A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 8, Angkasa, Bandung, 1979, halo 372
[3]Sin Po, 25 September 1948
[4]Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Bahaya Laten Komunisme di Indonesia,Jilid I, Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI,Jakarta, 1991, hal. 105
[5]Dr. A.H. Nasution, op. cit., hal. 241; Min Pao; 21 September 1948.
[6]Soeloeh Rakjat. 14 Oktober 1948
[7]Min Pao, 7 Oktober 1948 ; DR. A.H. Nasution, Op. cit. hal. 375
Leave a Reply