MASALAH BERAS TIDAK BOLEH DIBICARAKAN [1]

MASALAH BERAS TIDAK BOLEH DIBICARAKAN [1]

 

14 Oktober 1964

 

KOTOE (Kornando Tertinggi Operasi Ekonomi) mengadakan sidang lengkap dan membahas secara mendalam masa lab pangan dan khususnya masalah beras. Hasilnya ialah Pejabat, Presiden menginstruksikan kepada Mimteri/Jaksa Agung untuk mengambil langkah-langkah penertiban terhadap pembicaraan yang dapat meruncingkan keadaan, khususnya dalam masalah beras.

“Masalah beras akhir-akhir ini dijadikan bahan pembicaraan yang dapat rneruncingkan  keadaan. Jika pembicaraan yang demikian itu dibiarkan berlarut-Iarut , maka keadaan demikian dapat digunakan oleh kaum subversif untuk melemahkan daya ketahanan ekonomi dan ketahanan revolusi,” kata Menteri Sukendro. Berdasarkan itulah Pejabat Presiden mengeluarkan instruksi kepada Jaksa Agung untuk segera mengambil langkah-langkah penertiban.

Pada akhir bulan Juli lalu Kongres X Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di Jakarta memutuskan agar segenap wanita Indonesia mengubah menu yang bersifat feodal menjadi menu yang revolusioner. Jadi hilangkanlah prasangka bahwa beras adalah bahan makanan pokok yang mutlak dan percayalah bahwa jagung, ubi dan lain-lain mempunyai nilai gizi yang baik. Rupanya seruan Kowani tadi tidak ada pengaruhnya. Orang tetap mau beras dan karena beras mahal harganya orang tetap membicarakannya. (SA)

 

[1] Catatan wartawan senior Rosihan Anwar, suasana sosial politik bangsa Indonesia, menjelang peristiwa G30S-PKI 1965, antara tahun 1961-1965. Dikutip dari buku “Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965”, Jakarta : Sinar Harapan, 1980, hal. 476-477.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.