PENJAJAHAN BELANDA DI IRIAN BARAT BERAKHIR

PENJAJAHAN BELANDA DI IRIAN BARAT BERAKHIR [1]

 

2 Oktober 1962

Pada tanggal 1 Oktober 1962 penjajahan Belanda di Irian Barat berakhir  sudah. Kekuasaanhya di sana diserahkannya kepada badan PBB UNTEA yang akan merupakan pemerintah peralihan sampai 1 Mei 1963. Pemerintah Indonesia mulai tanggal Oktober menempatkan sebagai wakilnya di Kotabaru Mr. Sudjarwo Tjondronegoro didampingi oleh staf lengkap untuk membantu kelancaran pemerintah peralihan tadi di samping memberikan bantuan dan penjelasan kepada semu pihak penduduk di Irian Barat. Putra-putra Irian Barat seperti Domine Rumainum dan Perawar mengunjungi Jakarta untuk meninjau keadaan dan mencari hubungan dengan Pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Setelah Presiden Sukarno kembali dari beristirahat di Tampaksiring tersiar kabar reshuffle kabinet buat sementara waktu ditangguhkan. Ada yang mengatakan perlawanan dari berbagai pihak, di antaranya dari kalarigan Tentara dan PNI terhadap Subandrio akan menjadi Menteri Pertama, semakin kuat.

Dua hari yang Ialu Koko bertanya kepada Subandrio sampai di manakah kebenaran kabar tentang akan adanya reshuffle kabinet itu? Subandrio membantah kebenaran kabar itu. Akan tetapi diakuinya memang praktis kini pekerjaan memimpin kabinet akan diambil dari tangan Djuanda. Mengapa Subandrio memberi keterangan demikian? Padahal bulan yang lalu di Amerika secara kategoris dia mengatakan kepada beberapa orang Amerika ia akan menjadi the next First Minister (Menteri Pertama yang berikut).

Koko bertanya apakah Subandrio akan meminta nasihat ahli atau expert-advice dari para ahli ekonomi guna menyelesaikan masalah pembangunan yang tampak sekarang? Subandrio menjawab hal itu tidak perlu sebab ia sendiripun dapat menyelesaikan soal-soal ekonomi keuangaan para ahli ekonomi itu hanya tahu tentang soal-soal teknis belaka sedangkan pengetahuan mereka terbatas juga tentang bagaimana sesungguhnya menyelesaikan soal pembangunan.

Kedudukan devisa Indonesia suram dewasa ini. Saya baca sebuah keterangan bahwa posisi tunai Dana Devisa pada akhir Juni 1962 berjumlah Rp 0,98 milyar berarti kurang lebih 20 juta dolar. Dan sebuah cerita yang mengagetkan ialah ketika diperlukan uang sebanyak 75.000 Nederlandse Guldens untuk keperluan staf Indonesia yang harus bekerja di Irian Barat dalam rangka pelaksanaan peralihan kedaulatan dari tangan Belanda ke PBB , maka Bank Indonesia tidak mampu menghasilkan uang itu sehingga terpaksa meminjam dari permintaan. (SA)

 

[1] Catatan wartawan senior Rosihan Anwar, suasana sosial politik bangsa Indonesia, menjelang peristiwa G30S-PKI 1965, antara tahun 1961-1965. Dikutip dari buku “Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965”, Jakarta : Sinar Harapan, 1980, hal. 259-260.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.