MATINYA SUPIR “PEDOMAN”

MATINYA SUPIR “PEDOMAN” [1]

 

27 Maret 1964

 

Ketika bercakap-cakap dengan A.K. Lubis dua hari lalu saya mendengar kabar kurang lebih enam bulan yang lalu Abdullah meninggal dunia karena sakit TBC. Sejurus saya terdiam dibuatnya. Saya tidak diberitahukan sama sekali tentang kematian Abdullah dan A.K. Lubis juga barulah kemudian dikabari. Saya terkenang Abdullah seorang pekerja setia pada surat kabar Pedoman dahulu.

Abdullah bekerja sebagai supir mengambil dan mengantar Sanjoto serta para anggota redaksi Iainnya. Saban siang ia singgah di kantor “PIA” mengambil bulletin berita. Ketika Pedoman dibreidel oleh pemerintah Sukarno tanggal 7 Januari 1961, Abdullah pun berhenti. Kemudian ia bekerja pada konstruksi Jakarta Bypass mengemudikan truk pengangkut pasir. Ia datang kepada beberapa teman dari Pedoman menceritakan keadaannya baik, gajinya lumayan dan pembagian beras dari proyek Jakarta Bypass cukup.

Setelah itu tidak terdengar apa-apa lagi tentang Abdullah dan tahu-tahu ia sakit TBC dan meninggal dunia. Berpulanglah ke rahmatullah seorang wong cilik yang mati dengan diam-diam yang tiada kuasa mengeluh tentang nasib dan derita hidupnya. Agaknya ia seperti beribu-ribu orang Indonesia lain, wong cilik tanpa mengaduh tanpa memprotes pasrah saja akan nasibnya dalam alam Republik Indonesia yang merdeka. Mudah-mudahan Tuhan melapangkan arwah Abdullah.

Berita tentang kematian Abdullah membuat saya teringat akan orang-orang yang dulu bekerja di surat kabar Pedoman. Di antara mereka ada yang sudah bekerja pada surat-surat kabar lain, ada yang menjadi penjahit pakaian konfeks, ada yang jadi pengusaha mie. Saya sendiri sudah bekerja pada perusahaan galangan kapal dan biro pemborong PT Indomarine yang dipimpin oleh Daan Jahja dan Rustam Munaf. Saya bekerja pada mereka karena mereka mau menolong saya mengatasi kesulitan keuahgan.

Adakah kemungkinan Pedoman bisa terbit kembali ? Tanya teman -teman saya. Hanya kalau ada perubahan rezim,jawab saya. (SA)

 

[1] Catatan wartawan senior Rosihan Anwar, suasana sosial politik bangsa Indonesia, menjelang peristiwa G30S-PKI 1965, antara tahun 1961-1965. Dikutip dari buku “Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965”, Jakarta : Sinar Harapan, 1980, hal. 441-442.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.