MATINYA PATRICE LUMUMBA

MATINYA PATRICE LUMUMBA[1]

 

 

14 Februari 1961

Hari Minggu yang lalu atau tanggal 12 Pebruari 1961 ialah hari terbunuhnya Patrice Lumumba, Perdana Menteri Kongo di sebuah desa di Katanga. Bersama dia ikut terbunuh Joseph Okita, Wakil Ketua Senat dan Maurice Mpolo, Menteri Urusan Pemuda dan Olah Raga.

Sejak Lumumba meloloskan diri dari kediamannya di Leopoldsville Ialu tertangkap di Port Francquie pada tanggal 2 Desember 1960 oleh serdadu serdadu Mobutu kemudian diangkut ke Thysville seterusnya dipindahkan ke Katanga maka orang tidak menaruh harapan Iagi, matinya Lumumba hanya soal waktu belaka.

Trio Kasavubu-Mobutu­ Tshombe berusaha menyingkirkan Lumumba, dalam analisa terakhir semua ini dimungkinkan karena manipulasi serta persekongkolan dunia Barat untuk menghancurkan Lumumba.

Terutama Belgia yang tadinya jadi penjajah rakyat Kongo, lalu Prancis dan seterusnya Amerika Serikat. Mereka mempunyai saling pengertian dan kerjasama buat melenyapkan Lumumba yang mereka anggap begitu “radikal”dan “nasionalis ekstrem”.

Tragedi yang menimpa rakyat Kongo ialah seorang pemimpinnya yang berjasa mendatangkan kemerdekaan bangsa dan negara kini telah dibunuh oleh kekuatan-kekuatan yang mendukung imperialisme dan kolonialisme.

Lumumba meninggal dalam usia 36 tahun. Tragedi Lumumba memberi petunjuk kepada kita bahwa para pemimpin Kongo masih berjiwa terlalu bernafsi-nafsi dan belum meningkat pada kesadaran bahwa mereka itu termasuk satu bangsa. Keadaan begini dengan mudah saja dipergunakan oleh Belgia mengadu domba rakyat Kongo.

Pada suatu malam di awal bulan Juni 1960 saya berjalan­ jalan dengan Lindsay di Kota Dakar, Senegal. Lindsay wartawan “AP” dan sejak beberapa bulan ditempatkan di Kongo. Ia berkata :

”Saya juga tidak mengerti mengapa Belgia buru­-buru mau pergi dari Kongo padahal rakyat dan pemimpinnya belum diberinya kesempatan dan latihan cukup untuk memerintah diri sendiri. Secara ekonomis keadaan rakyat Kongo lebih baik daripada rakyat Afrika lainnya. Secara politis rakyat Kongo belumlah punya pengalaman sama sekali. Tetapi semua ini memanglah kehendak Belgia dan tiga minggu lagi Negara Kongo Merdeka akan muncul di dunia. Saya harap segala sesuatu akan jadi baik di sana. “Selamat tidur,” katanya sambil berpisah dengan saya di muka Hotel Vichy.

Sejak Kongo jadi merdeka pada tanggal 30 Juni 1960 apakah yang sudah tidak diderita oleh rakyatnya? Kekacauan, kekalutan, perang saudara. Ringkas kata, Kongo telah merebut kepala-kepala berita surat kabar dunia. Dan kini Patrice Lumumba mati terbunuh. (DTS)

 

[1] Catatan wartawan senior Rosihan Anwar, suasana sosial politik bangsa Indonesia, menjelang peristiwa G30S-PKI 1965, antara tahun 1961-1965. Dikutip dari buku “Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965”, Jakarta : Sinar Harapan, 1980, hal. 11-13.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.